Sabtu, 09 September 2023

Dari “Muluk” Sampai Pakaian Jahitan - Kesederhaan Bung Karno

Pernahkah kita membayangkan gambaran presiden suatu negara makan dengan "tangan besar" atau ketika pakaiannya dirobek lalu  dijahit kembali? Ya, imajinasi itu terjadi pada diri Bung Karno, presiden pertama Indonesia. Mungkin  banyak orang yang belum mengetahui cerita ini, namun itulah yang menarik dari Bung Karno.


 Ada cerita dalam buku Kesaksian  Bung Karno 1945-1967 terbitan Grasindo tahun 1999 yang dikisahkan oleh mantan komandan detasemen H Mangil Martowidjojo.


 Kepribadian Bung Karno dikenal dengan karakternya yang sederhana, egaliter, dan protektif. Maka tidak mengherankan jika masyarakat saat itu sepertinya tidak memiliki batasan dengan presidennya. Hal ini terlihat dari cara orang Bung  makan di Istana dengan tangan “muluk” (Jawa) tanpa menggunakan sendok atau garpu.


 Semangkuk kecil nasi saja sudah cukup. Bung Karno menyukai sayur lodeh, sayur asam dan telur goreng serta ikan asin dan sambal. Saat makan sambal, selalu sobek sambalnya. Suatu hari, seusai mengunjungi Istana Merdeka, Bung Karno mengajak Letnan Soetikno, Asisten Presiden, dan Mangil untuk sarapan bersama.


 Bung Karno menyantap semangkuk kecil nasi,  daun singkong, sambal, dan ikan goreng asin. Buahnya adalah sawo dan pisang.


 Bung Karno makan dengan tangan, sedangkan Letnan Soetikno dan Mangil menggunakan sendok dan garpu. Dia hanya minum teh.  Soal pakaian, meski pakaian Bung Karno sederhana, namun kebersihannya sangat diperhatikan. Tidak jarang Bung Karno meluruskan pakaian yang tidak rapi atau dasi yang bengkok.


 Jika pakaian robek, alih-alih segera diganti,  Bung Karno memilih menjahitnya kembali. Apalagi jika baju tersebut benar-benar disayang, meski  robek atau dijahit, tetap bisa dipakai.


 Bahkan sandal pun suka memakai sandal bekas. Bung Karno juga menyukai kursi rotan tua karena dibentuk sesuai bentuk tubuh orang yang duduk.

Gema Dedication Of Life Bung Karno - 10 September 1966

 

Setiap kali ada acara resmi PDI Perjuangan, Masyarakat selalu membaca Penghormatan Hidup Bung Karno.
Saat pembacaan Dedikasi Hidup, suasana hening.
Kader partai menikmati setiap baitnya.
Pengabdian seumur hidup Bung Karno merupakan bukti kita semua dalam berbakti kepada Tuhan, Tanah Air, dan Rakyat.
Artikel ini ditulis Bung Karno pada 10 September 1966.
Berikut isi Pengabdian Hidup:

Saya adalah manusia biasa / Saya dus tidak sempurna / Sebagai manusia biasa, saya tak luput dari kekurangan dan kesalahan / Hanya kebahagiaanku adalah mengabdi kepada Tuhan, Kepada Tanah Air, Kepada bangsa / Itulah dedicaiton of life-ku.
Jiwa pengabdian inilah jadi falsafah hidupku / Dan menghikmati serta menjadi bekal hidup dalam seluruh gerak hidupku / Tanpa jiwa pengabdian ini saya bukan apa-apa / Akan tetapi dengan jiwa pengabdian ini / Saya merasa hidupku bahagia dan membawa manfaat. (Soekarno, 10 September 1966).

Seperti yang dikatakan di awal, bagi Bung Karno, Pengabdian Seumur Hidup berarti pengabdian. Bung Karno sendiri berkali-kali mengangkat topik pengabdian hidup dalam banyak perjumpaan lisan. Namun lirik lagu "Pengabdian Hidup" baru ditulis oleh Bung Karno pada tahun 1966.

 Bung Karno menulis Pengabdian hidup sebagai wujud komitmen mengabdi kepada Tuhan, tanah air, dan negara. Dalam pemberitaan Historia.id, Bung Karno kerap melontarkan kalimat serupa. Misalnya saja dalam pidatonya di hadapan mahasiswa Universitas Gajah Mada di Kraton Siti Hinggil  Yogyakarta pada tahun 1961, atau saat mengirimkan tim Indonesia untuk mengikuti Asian Games Keempat di Jakarta pada tahun 1962.

 Hal itu juga diungkapkan Bung Karno saat membuka Konferensi Nasional Pusat Organisasi Pekerja Sosialis Indonesia (SOKSI) pada tahun 1965.  “Saya pernah berpidato di depan atlet putri jelang Asian Games. Saya bilang: 
 Halo para atlit, saya mohon jangan hanya mengingat diri sendiri, mencari medali sendiri, tapi juga mencari medali untuk bangsa Indonesia, untuk negara Indonesia. Saya mohon – saya katakan ini kepada para atlet – berikan hidup Anda semaksimal mungkin – dedikasi berarti dedikasi, dedikasi, hidup berarti hidup – Anda mendedikasikan hidup Anda sendiri, Anda mendedikasikannya.

 Sementara itu, dalam pidatonya pada upacara penganugerahan gelar doktor kehormatan ilmu-ilmu sosial Universitas Indonesia pada tanggal 2 Februari 1963, Bung Karno mengatakan: “Saya mengabdikan hidup saya, saya mengabdikan hidup saya Apa yang saya berikan? Datanglah ke negara saya. Untuk apa? Untuk idealisme saya. Terus? Ya Tuhan, Allah Subhanahu Wataala.

 Beberapa pidato Bung Karno yang menyinggung tentang pengabdian hidup mempunyai isi serupa:
Memanggil semua orang untuk mengabdi pada negara dan negaranya.

Ajak Penambang Ilegal Beralih ke UMKM - Pemkab Banyumas Akan Lakukan Pelatihan UMKM

Menyusul kejadian terjebaknya delapan penambang emas ilegal di Pancurendang Ajibarang, Pemkab Banyumas akan memantau para pekerja yang terdampak.


 Tentu saja, masih belum jelas berapa banyak penambang yang terkena dampaknya. Namun di Gerumbul Tajur, Desa Pancurendang, diketahui 80% warganya bekerja di tambang.

 Bupati Banyumas, Ir. Achmad Husein mengatakan diskusi dilakukan dengan Forkompimda mengenai penghidupan masyarakat lokal yang terkena dampak.

 “Pelatihan UMKM akan diberikan,” kata Husein saat ditemui tim Derap Juang, Minggu (13/8/2023). Menurut Bupati, Wakil Bupati Banyumas, Ph.D. Sadewo Tri Lasiono, M.M, mengatakan keberadaan tambang emas tersebut tentunya melibatkan partisipasi masyarakat di kawasan tersebut.

 “Sehingga perekonomian daerah mulai pulih,” ujarnya.

 Namun karena ilegal dan bahkan menimbulkan korban jiwa, maka tambang tersebut ditutup. Terkait pekerja, solusinya adalah pelatihan. “Agar mereka kemudian  bisa berganti karier,” ujarnya.

 Dia menambahkan, mereka perlu mencari pekerjaan lain selain yang mereka lakukan.

 Secara keseluruhan, lanjut Sadewo yang juga Bendahara DPC PDI Perjuangan Banyumas, angka pengangguran di Banyumas  masih cukup tinggi. Oleh karena itu, hingga akhir masa jabatannya, pihaknya berharap bisa memiliki kawasan industri.

 “Sebenarnya kami ingin sekali ada kawasan industri. “Salah satunya dengan memprediksi hal itu,” tutupnya.

Rabu, 05 April 2023

NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME (Part 2)

 NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME !

        Inilah azas-azas yang dipeluk oleh pergerkan-pergerakan rakyat diseluruh Asia. Inilah faham-faham yang menjadi rohnya pergerakan-pergerakan di Asia itu. Rohnya pula pergerkan-pergerakan di Indonesia kita ini.



Selasa, 04 April 2023

NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME (Part 1)

 Dibawah Bendera Revolusi

"NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME"

    Sebagai Aria Bumi-Putera, yang lahirnya dalam zaman perjuangan, maka INDONESIA-MUDA inilah melihat cahaya hari pertama-tama salam zaman yang rakyat-rakyat asia, sedang berada dalam perasaan tak senang dengan nasibnya. Tak senang dengan nasib ekonominya, tak senang dengan nasib politiknya, tak senang dengan segala nasib yang lain-lainya.

Dibawah Bendera Revolusi "disclaimer"

 Dibawah Bendera Revolusi

Oleh : Ir. Sukarno

Jilid Pertama

Cetakan Keempat